Al Qur’an mengenai Tahap-tahap Perkembangan Janin (Keajaiban Ilmiah dalam Al Qur’an)

Al Qur’an adalah firman Allah, yang Ia wahyukan kepada Rasul-Nya Muhammad shalallohu 'alayhi wasallam melalui Malaikat Jibril. Nabi Muhammad shalallohu 'alayhi wasallam menghapal Al Qur’an yang kemudian mendiktekannya kepada para Sahabat. Mereka selanjutnya menghapal, menulis, dan memeriksanya
kepada Nabi Muhammad shalallohu 'alayhi wasallam. Selain itu, Nabi Muhammad shalallohu 'alayhi wasallam memeriksa hapalan beliau kepada Malaikat Jibril setiap tahun sekali dan dua kali pada tahun terakhir kehidupan beliau. Sejak diwahyukan pertama kali hingga hari ini, telah banyak sekali orang Islam yang menghapal seluruh bacaan Al Qur’an, huruf demi huruf. Beberapa di antaranya bahkan mampu menghapal Al Qur’an sebelum mencapai usia sepuluh tahun. Tidak ada satu pun huruf Al Qur’an
yang berubah selama Berabad-abad Al Qur’an, yang diwahyukan empat belas abad yang lalu, berisi fakta-fakta yang hanya baru-baru ini ditemukan atau dibuktikan oleh para ilmuwan. Tidak diragukan lagi, ini adalah bukti bahwa Al Qur’an itu firman Allah yang diwahyukan-Nya kepada Nabi Muhammad shalallohu 'alayhi wasallam dan Al Qur’an bukanlah hasil karangan Muhammad shalallohu 'alayhi wasallam atau siapa pun jua. Ini juga membuktikan bahwa
Muhammad shalallohu 'alayhi wasallam itu Rasul utusan Allah. Akal sehat tidak dapat menerima bahwa seseorang yang hidup empat belas abad yang lalu mampu mengetahui semua fakta yang baru-baru ini dapat ditemukan atau dibuktikan dengan peralatan yang mutakhir dan metode ilmiah yang canggih.
Berikut adalah beberapa (salahsatu) contoh:

Al Qur’an mengenai Tahap-tahap Perkembangan Janin:

Dalam Al Qur’an, (Alloh) Yang Maha Kuasa berfirman mengenai tahap-tahap perkembangan janin:
{"Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (yang berasal dari) tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan alaqah (lintah, sesuatu yang tergantung, dan segumpal darah), lalu alaqah itu Kami jadikan mudghah (barang yang dikunyah)..}.1" (Al Qur’an, 23:12-14)
Secara harfiah, kata alaqah memiliki tiga arti: (1) lintah, (2) sesuatu yang tergantung, dan (3) gumpalan darah.
Bila kita membandingkan antara lintah dengan janin pada tahap alaqah, kita akan menemukan kemiripan di antara keduanyasebagaimana terlihat pada Gambar 1. Selain itu, janin pada tahap ini memperoleh makanan dari darah induknya, yang mirip dengan cara lintah memperoleh makanan dengan mengisap darah dari makhluk lain.3




Gambar 1: Gambar-gambar di atas memperlihatkan tampilan yang mirip antara seekor lintah dengan janin pada tahap alaqah. (Gambar lintah diambil dari buku Human Development as Described in the Qur’an and Sunnah [Perkembangan dan Tumbesaran Manusia Sebagaimana Yang Diterangkan Di Dalam Al-Quran dan As-Sunnah ], Moore et al, hal. 37, yang dimodifikasi dari buku Integrated Principles of Zoology [Gabungan Prinsip-prinsip Ilmu Kaji Haiwan(Zoologi)], Hickman et al. Gambar janin diambil dari buku The Developing Human, Moore dan Persaud, edisi ke-5, hal. 73) 

Gambar 2: Diagram disamping memperlihatkan 
tergantngnya janin di dalam rahim induknya selama
tahap alaqah. (The Developing Human
[Perkembangan dan Tumbesaran Manusia], Moore
dan Persaud, edisi ke-5, hal. 66.)










Gambar 3: Gambar disamping memperlihatkan tergantungnya janin (ditandai huruf B) dalam rahim induknya selama tahap alaqah (saat berusia sekitar 15 hari). Sebenarnya ukuran janin tersebut berkisar
0,6 mm. (The Developing Human [Perkembangan dan Tumbesaran Manusia], Moore, edisi ke-3, hal. 66, dari Histology, Leeson dan Leeson.)













Arti alaqah yang ketiga adalah “sesuatu yang tergantung.” Hal ini tampak dalam Gambar 2 dan 3, yakni tergantungnya janin di dalam rahim induknya selama tahap alaqah.

Terakhir, alaqah berarti “segumpal darah”. Penemuan menunjukkan bahwa tampilan luar janin dan kantungnya pada tahap alaqah mirip dengan segumpal darah. Ini karena dalam janin terdapat darah dalam jumlah yang besar selama tahap ini 4 (Lihat Gambar 4). Selain itu, darah dalam janin tidak mengalir hingga akhir minggu ketiga.5 Karena itu, janin pada tahap ini mirip dengan segumpal darah.


Gambar 4: Diagram di samping menunjukkan sistem kardiovaskular awal pada janin selama tahap alaqah. Tampilan luar janin dan kantungnya mirip dengan segumpal darah, yang disebabkan oleh adanya darah dalam jumlah besar dalam janin. (The Developing Human [Perkembangan
dan Tumbesaran Manusia], Moore , edisi ke-5, hal. 65.)



Dengan demikian, ketiga arti kata alaqah bersesuaian secara tepat dengan uraian mengenai janin pada tahap alaqah.

Tahap berikutnya sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut adalah tahap mudghah. Mudghah dalam bahasa Arab berarti “barang yang dikunyah.” Jika kita ambil sepotong permen karet dan mengunyahnya, kemudian membandingkannya dengan janin pada tahap mudghah, kita pasti akan berkesimpulan bahwa tampilan janin pada tahap mudghah mirip dengan sesuatu yang dikunyah. Hal ini karena adanya somite di bagian belakang janin yang “mirip dengan bekas gigitan pada barang yang dikunyah.”6 (Lihat Gambar 5 dan 6).


Gambar 5: Foto janin pada tahap mudghah
(saat berusia sekitar 28 hari). Janin pada tahap ini memiliki tampilan seperti barang yang dikunyah, karena somite pada bagian belakang janin mirip dengan bekas gigitan pada sesuatu yang dikunyah. Sebenarnya ukuran janin pada tahap ini berkisar 4 mm. (The Developing Human [Perkembangan dan Tumbesaran Manusia], Moore dan Persaud, edisi ke-5, hal. 82, dari Professor Hideo Nishimura, Kyoto University, Kyoto, Jepang.)








Gambar 6: Jika kita membandingkan tampilan janin pada tahap mudghah dengan sepotong permen karet yang dikunyah, kita akan menemukan kemiripan di antara keduanya. 


A) Gambar janin pada tahap mudghah. Tampak bahwa somite pada bagian belakang janin mirip dengan bekas gigitan. (The Developing Human [Perkembangan dan Tumbesaran Manusia], Moore dan Persaud, edisi ke-5, hal. 79.)


B) Foto sepotong permen karet yang telah dikunyah.






Bagaimana mungkin Muhammad shalallohu 'alayhi wasallam mengetahui semua hal ini 1400 tahun yang lalu, sementara para ilmuwan baru dapat menemukan hal tersebut belum lama ini dengan peralatan mutakhir dan mikroskop yang sangat peka yang tidak ada waktu itu? Hamm dan Leeuwenhoek adalah ilmuwan pertama yang mengamati sel sperma (spermatozoa) menggunakan mikroskop yang dipertajam pada 1677 M (lebih 1000 tahun setelah datangnya Muhammad shallallohu  'alayhi waasallaam). Mereka secara keliru
menganggap sel sperma berisi bakal manusia yang membesar ketika ditempatkan dalam rahim.7

Profesor Emeritus Keith L. Moore8 adalah salah seorang ilmuwan dunia terkemuka dalam bidang anatomi dan embriologi dan pengarang buku The Developing Human, yang telah diterjemahkan ke dalam delapan bahasa. Buku ini merupakan karya referensi ilmiah yang pernah dipilih oleh suatu komite khusus di Amerika Serikat sebagai buku terbaik yang ditulis oleh seorang ilmuwan. Dr. Keith Moore adalah Professor Emeritus Anatomi dan Biologi Sel di University of Toronto, Toronto, Kanada. Di sana, beliau menjabat sebagai Associate Dean untuk Ilmuilmu Murni di Fakultas Kedokteran dan selama 8 tahun menjabat sebagai Ketua Jurusan Anatomi. Pada 1984, beliau menerima penghargaan paling bergengsi dalam bidang anatomi di Kanada, the J.C.B. Grant Award, dari Asosiasi Ilmuwan Anatomi Kanada. Beliau memimpin banyak organisasi keilmuwan internasional, termasuk Asosiasi Ilmuwan Anatomi Kanada dan Amerika Serikat serta Dewan Perhimpunan Ilmuilmu Biologi. (The Canadian and American Association of Anatomists and the Council of the Union of Biological Sciences.)

Pada tahun 1981, dalam Konferensi Medis Ketujuh di Dammam, Arab Saudi, Profesor Moore mengatakan: “Saya sangat berbahagia dapat memberi penjelasan atas pernyataan-pernyataan dalam Al Qur’an mengenai tahap-tahap perkembangan janin manusia. Jelas bagi saya bahwa pernyataan-pernyataan tersebut pasti diterima oleh Muhammad dari Allah, karena hampir seluruh pengetahuan mengenai hal ini tidak pernah ditemukan hingga abad-abad terakhir ini. Hal ini merupakan bukti bagi saya bahwa Muhammad pasti seorang utusan Allah.”9

Selanjutnya, saat seorang penanya mengajukan pertanyaan berikut: “Apakah ini berarti anda percaya bahwa Al Qur’an itu firman Allah?” Profesor Moore menjawab: “Sama sekali tidak sulit bagi saya menerima hal itu.”10

Dalam suatu konferensi, Profesor Moore menyatakan: “...Karena tahap-tahap perkembangan janin manusia cukup kompleks, yang disebabkan oleh proses perubahan yang terus terjadi selama tahap perkembangan, kami mengusulkan agar disusun sistem klasifikasi baru berdasarkan istilah-istilah yang terdapat dalam Al Qur’an dan Sunnah (ucapan, tindakan dan persetujuan Nabi Muhammad shalallohu 'alayhi wasallam). Sistem yang diusulkan ini bersifat sederhana, lengkap dan sesuai dengan pengetahuan embriologi mutakhir. Kajian intensif atas Al Qur’an dan hadits (yang berupa catatan yang terpercaya dari para Sahabat mengenai apa yang Nabi Muhammad shalallohu 'alayhi wasallam ucapkan, lakukan dan setujui) dalam empat tahun terakhir mengungkapkan suatu sistem klasifikasi tahap perkembangan janin yang mengagumkan, karena hal itu tercatat sejak abad VII Masehi. Meskipun Aristoteles, pendiri ilmu embriologi, menyadari embrio ayam berkembang dalam tahap-tahap tertentu dalam penelitian yang dilakukannya terhadap telur ayam pada abad keempat sebelum Masehi, ia tidak memberikan rincian mengenai tahap-tahap ini. Sejauh pengetahuan manusia mengenai sejarah embriologi hingga abad kedua puluh, hanya sedikit sekali yang diketahui mengenai tahap-tahap dan klasifikasi perkembangan janin. Berdasar pemikiran ini, uraian mengenai janin manusia dalam Al Qur’an tidak mungkin didasarkan atas pengetahuan ilmiah abad VII. Satu-satunya kesimpulan yang mungkin adalah bahwa semua uraian ini diwahyukan kepada Muhammad oleh Allah. Beliau tidak mungkin mengetahui rincian seperti itu karena beliau adalah seorang yang ummi (tidak bisa membaca) dan tidak pernah sama sekali mengenyam pendidikan ilmiah.”11
..................................


Foot Note :
  1.  Mohon dicatat apa yang terdapat dalam tanda kurung berikut --- dalam laman ini hanyalah terjemahan arti Al Qur’an, dan bukan Al Qur’an itu sendiri, yang tertulis dalam Bahasa Arab.
  2. The Developing Human [Perkembangan dan Tumbesaran Manusia], Moore dan Persaud, edisi ke-5, hal. 8.
  3. Human Development as Described in the Qur’an and Sunnah [Perkembangan dan Tumbesaran Manusia Sebagaimana Yang Diterangkan Di Dalam Al-Quran dan As-Sunnah], Moore et al, hal. 36.
  4. Human Development as Described in the Qur’an and Sunnah [Perkembangan dan Tumbesaran Manusia Sebagaimana Yang Diterangkan Di Dalam Al-Quran dan As-Sunnah], Moore et al, hal. 37-38.
  5. The Developing Human [Perkembangan dan Tumbesaran Manusia], Moore dan Persaud, edisi ke-5, hal. 65.
  6. The Developing Human [Perkembangan dan Tumbesaran Manusia], Moore dan Persaud, edisi ke-5, hal. 8.
  7. The Developing Human [Perkembangan dan Tumbesaran Manusia], Moore dan Persaud, edisi ke-5, hal. 9.
  8. Catatan: Jabatan para ilmuwan seperti yang disebutkan dalam bagian ini diperbarui terakhir kali pada 1997.
  9. Rujukan atas ucapan ini adalah This is the Truth [Inilah Kebenaran], (Inilah Kebenaran-rekaman video).
  10. This is the Truth [Inilah Kebenaran], (rekaman video).
  11. This is the Truth [Inilah Kebenaran], (rekaman video).
= = =

Wallohu a'lam bish-shawab..




diambil dari e-book : "Pedoman Ringkas Bergambar Untuk Memahami Islam"
judul asli : "A Brief Illustrated Guide To Understanding Islam"
Penulis : I. A. Ibrahim
Alih bahasa : Setiawan Assegaf
sumber asli : http://www.islam-guide.com (english)
klik image ini untuk download e-booknya (bhs. Indonesia) 
www.islamhouse.com

Komentar