RUSAKNYA AQIDAH AL-WALA’ WAL BARO’ KELOMPOK SEMPALAN IKHWANUL MUSLIMIN [IM]


oleh : Ust. Abu Abdillah Sofyan Chalid bin Idham Ruray )'
[Pelajaran Penting bagi Kaum Muslimin dari Kiprah Partai yang lagi hangat dibicarakan dunia; Ikhwanul Muslimin di Panggung Politik Nasional dan Internasional yang Tanpa Didukung oleh Ilmu Syar’i sesuai Pemahaman Salaf]
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Diantara penyimpangan kelompok bid’ah IM adalah rusaknya aqidah al-Wala’ (Cinta) dan al-Baro’ (Benci) dalam diri seorang muslim. Sehingga menjadi tidak jelas siapa sepatutnya yang dicintai oleh seorang muslim dan yang harus dibenci.

Di pusatnya Mesir, mereka sudah terbiasa menjalin kemitraan dengan KRISTEN KOPTIK dan Syi’ah, bahkan ada usaha-usaha untuk melakukan penyatuan antara Sunni dan Syi’ah. Kelompok IM itu sendiri adalah kumpulan orang-orang yang memiliki berbagai macam aqidah yang menyimpang, tidak peduli Mu’tazilah, Syi’ah, Sufi dan Liberal, asalkan mendukung IM, maka menjadi sahabat mereka. Sebaliknya, meskipun seorang Sunni Salafi Muwahhid namun tidak bergabung dengan mereka maka bukan sahabat mereka. Ini kenyataan di banyak negeri, walaupun yang tertulis dalam buku-buku mereka adalah keharusan menjalin “UKHUWAH” dengan setiap muslim.

Muhadditsul Madinah Asy-Syaikh Al-‘Allamah Abdul Muhsin Al-‘Abbad hafizhahullah berkata,
“Sebagai contoh (jama’ah yang menyimpang), adalah jama’ah Ikhwanul Muslimin, prinsip mereka; siapa yang bergabung bersama mereka maka dia adalah sahabat mereka, yang kemudian dicintai. Adapun yang tidak bergabung maka mereka anggap berbeda dengan mereka. Adapun anggota mereka, meskipun dia adalah seburuk-buruknya makhluk Allah; meskipun dia seorang Syi’ah Rafidhah, maka dia tetap dianggap sebagai saudara dan sahabat mereka.
Oleh karenanya diantara manhaj mereka adalah mengumpulkan segala jenis manusia meskipun seorang Syi’ah Rafidhah yang membenci para Sahabat Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, yang tidak mau mengambil kebenaran yang datang dari Sahabat, apabila ia bergabung bersama mereka maka dia adalah sahabat mereka dan dianggap sebagai anggota mereka, memiliki hak dan kewajiban yang sama.” (Kaset Fatawa al-‘Ulama fil Jama’at wa Atsaruha ‘ala Biladil Haramain, Tasjilat Minhajus Sunnah, Riyadh)
Adapun di negeri kita, orang kafir pun dapat dicalonkan sebagai anggota dewan oleh partai IM, bahkan dicalonkan menjadi gubernur dan walikota, ini sudah benar-benar terjadi di Indonesia Timur, walaupun calon gubernur dan walikota yang mereka dukung tersebut gagal memenangi PILKADA. Padahal ulama sepakat (ijma’) haram hukumnya mengangkat orang kafir menjadi pemimpin.

Allah ta’ala telah mengingatkan,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاء بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai orang-orang (pemimpin-pemimpin) yang kamu cintai; sebahagian mereka (orang-orang kafir) hanya pantas menjadi orang-orang yang dicintai bagi sebahagian yang lain (orang-orang kafir pula). Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka sebagai orang-orang yang dicintai, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim.” [Al-Maidah: 51]

SEBAB PENYIMPANGAN AQIDAH IKHWANUL MUSLIMIN

Diantara sebab penyimpangan aqidah IM adalah karena PRINSIP DAKWAH mereka adalah mengumpulkan pengikut sebanyak-banyaknya, BERPADU dengan prinsip kufur demokrasi untuk meraih dukungan dan suara sebanyak-banyaknya, karena suara mayoritas menurut prinsip sesat ini adalah KEBENARAN dan KEKUATAN. Sehingga tidak jarang perkara-perkara yang dulu mereka ingkari saat ini mereka bolehkan demi mendulang suara sebanyak-banyaknya.

BERIRINGAN dengan prinsip batil, “Bekerjasama dalam perkara-perkara yang disepakati dan toleransi dalam perkara-perkara yang diperselisihkan.” Padahal tidak setiap perselisihan dapat ditolerir. Maka yang terjadi adalah mengumpulkan pendukung sebanyak mungkin tanpa memperingatkan kesesatan mereka, bahkan harus ditolerir, sebab jika diingatkan kesesatan mereka maka ada kemungkinan besar mereka akan lari dari kelompok IM.

Walaupun setelah mengumpulkan manusia sebanyak-banyaknya ada usaha-usaha untuk mendidik, akan tetapi karena kesibukan politik (baca: mengejar kekuasaan) dan kurangnya ilmu agama maka pendidikan untuk mencetak seorang muslim dan muslimah yang shalih dan shalihah yang hakiki menjadi gagal total.

Muhadditsul ‘Ashr Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah berkata,
“Hal ini bisa terjadi karena dakwah mereka dibangun di atas suatu prinsip: “Mari bersatu, kemudian belajar ilmu”, sedangkan pada hakekatnya mereka itu tidak punya ilmu pengetahuan. Telah berlalu pada mereka lebih dari setengah abad, namun tidak ada seorang Ulama pun di antara mereka.
Adapun kami, maka kami katakan, “Belajarlah dulu, baru berkumpul” sehingga berkumpul itu dibangun berdasarkan prinsip yang tidak ada perselisihannya di dalamnya.” [Lihat al- Fatawa al-Imaratiyah, Asy-Syaikh Al-Albani –rahimahullah-, pertanyaan no. 73 hal. 38]

Kurangnya ilmu agama inipun masih diperparah dengan rendahnya semangat menuntut ilmu syar’i, bahkan cenderung menjauhkan para pemuda dari kegiatan menuntut ilmu syar’i kepada kegiatan-kegiatan politik, dari membaca dan meneliti buku-buku ulama Salaf kepada berita-berita politik di koran-koran harian dan media massa lainnya.

Demikianlah yang akan terjadi jika prinsip dakwah untuk mencari pendukung sebanyak-banyaknya dan agar semua orang senang. Bahkan terkadang, hanya karena takut dibilang fundamentalis, ektremis, fanatis, garis keras dan semisalnya, mereka pun tidak segan-segan membuat Allah ta’ala murka dengan menyelisihi syari’at-Nya. Lalu setan menghias-hiasi perbuatan buruk mereka dengan kata-kata indah yang menipu untuk melegalkan penyimpangan mereka seperti, “Maslahat Dakwah”, “Ijtihad”, “Dakwah butuh dukungan”, “Dakwah butuh dana” dan lain-lain.

Nabi shallallahu’alaihi wa sallam telah mengingatkan,
من أرضى الناس بسخط الله وكله الله إلى الناس و من أسخط الناس برضا الله كفاه الله مؤنة الناس
“Barangsiapa yang mencari keridhoaan manusia dengan membuat Allah murka maka Allah akan menjadikannya bergantung kepada manusia. Dan barangsiapa mencari keridhoaan Allah meskipun dengan membuat manusia marah maka Allah akan menolongnya dari gangguan manusia.” [HR. At-Tirmidzi dari Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu’anha, Shahih Al-Jami’: 6010]
Maka kemenangan dan kekuatan dari Allah ta’ala akan datang ketika seseorang berpegang teguh dengan syari’at Allah ta’ala, mencari keridhoaan-Nya dan takut dari murka-Nya.

Semoga menjadi pelajaran bagi kita agar tidak mudah memberikan dukungan politik kepada partai-partai yang membawa nama Islam.

Selengkapnya fatwa-fatwa ulama Sunnah tentang IM: fatwa-fatwa ulama ahlussunnah tentang kelompok-kelompok islam kontemporer

PERINGATAN: Tulisan ini bukan mengajak untuk mencela pemerintah muslim secara terbuka jika Allah ta'ala mentakdirkan penguasa dari kalangan IM, sebab tulisan ini tidak tertuju kepada person penguasa tertentu, tapi kepada sebuah kelompok sesat dan kerusakan manhaj mereka. Bahkan kewajiban setiap muslim untuk mendoakan penguasa muslim agar mendapatkan hidayah dan tidak boleh menasihatinya secara terang-terangan, sebagaimana telah kami jelaskan dalam artikel: tuntunan islam dalam menasihati penguasa - sebuah renungan bagi para pencela pemerintah

Wabillahit taufiq.
)' disalin dari status fb beliau dengan sedikit penyesuaian posisi tulisan

Komentar