Peringatan Para Ulama Akan Bahaya Khawarij Abad Ini ( Menyingkap Mitos Wahhabi )

tulisan berikut adalah sambungan dari tulisan sebelumnya : Sekumpulan Dongeng yang Keliru

Bin Laden Dikhususkan dalam Tulisan-Tulisan Mereka

Jauh sebelum para penulis artikel-artikel ini mendengar aliran Qutb atau Khawarij, para ulama besar Salafi yang tersebar di negeri-negeri kaum Muslimin telah memperingatkan manusia terhadap ancaman ideologi terorisme dan apa yang akan keluar darinya.

Memperingatkan terhadap kejahatan Usamah bin Laden, al-Qaidah, Qutbisme secara umum, Syaikh Muhammad bin Hadi al-Madkhali, salah seorang pengajar pada Universitas Islam Madinah berkata, “Orang-orang yang melakukan peledakan di kerajaaan ini mengakui dengan mulut mereka sendiri bahwa mereka dipengaruhi oleh Jama’atut Takfir (salah satu kelompok Qutb Mesir) dan bahwa mereka berasal dari kelompok Usamah bin Ladin dan al-Mas’ari,71 dan mereka menyebarkan literatur-literatur mereka. Usamah bin Laden; siapa yang mengajari laki-laki ini! Siapa yang mengajarinya mengenai syariat?72 Dia seorang businessman, inilah bidang keahliannya, mereka mengakui, sebagaimana yang kami katakan, dengan mulutnya
sendiri, kami melihatnya dan membaca di surat kabar, dan saya memilikinya disini dalam rekaman suara mereka sendiri, bahwa mereka terpengaruh oleh sebagian orang-orang Takfir (dari kelompok-kelompok
Qutb) di Afghanistan. Sebagian besar pemuda kita yang kembali ke negeri kita dari jihad di Afghanistan terpengaruh, baik dari ideologi Ikhwani73 secara umum atau oleh ideologi revolusioner takfir.
Mereka meninggalkan kita dengan meyakini bahwa kita adalah kaum Muslimin, dan mereka kembali kepada kita dengan meyakini bahwa kita orang-orang kafir. Jadi karena itu, mereka melihat kita sebagai orang-orang kafir, para penguasa, para ulama, apalagi orang-orang awam. Mereka memberi label (negara) Saudi murtad dan mereka memandang sebagian besar ulama murtad. Mereka mengakui hal ini dengan mulut mereka sendiri. Mereka melakukan takfir terhadap para ulama, dan secara khusus menyebutkan dua orang Syaikh, Syaikh Abdul Aziz bin Bazz dan Syaikh ibn Utsaimin, rohimahumulloh. Mereka menyebutkan hubungan mereka dengan al-Mas’ari dan Usamah bin Laden. Apakah mereka mendapatkan ini dari para ulama Salafi? Tidak! Justeru mereka mendapatkannya dari para penganut Takfir."74

Dengan demikian, jelaslah bagi semua (pihak) untuk melihat bahwa ideologi revolusioner Qutbisme adalah sesuatu yang baru dan dibawa ke negeri “Wahhabi,” dan ini adalah dakwah yang bertentangan langsung dengan dakwah “Wahhabi”. “Wahhabi” adalah yang pertama dikeluarkan dari Islam oleh para pengikut aliran Qutb.75

Syaikh Abdul Aziz ibn Baz (wafat 1420H) mantan ketua dewan ulama Arab Saudi, memperingatkan manusia jauh dan meluas mengenai kerusakan ideologi aliran Qutb dan para pengikutnya, seperti Usamah bin Laden: ”…Wajib untuk menghancurkan dan membinasakan publikasi-publikasi yang berasal dari al-Faqih,76 atau al-Mas’ari, atau dari yang lainnya diantara para penyeru kebatilan, dan tidak bersikap toleran terhadap mereka. Dan wajib untuk menasihati mereka, menunjuki mereka kepada kebenaran, dan memperingatkan
mereka dari kebatilan. Tidak boleh bagi seseorang untuk bekerja sama dengan mereka dalam kejahatan ini. Dan wajib bagi mereka untuk ikhlas dan kembali kepada petunjuk dan meninggalkan kebatilan ini. Nasihatku kepada al-Mas’ari, al-Faqih, bin Laden dan semua orang yang melewati jalan mereka untuk meninggalkan jalan yang menghancurkan ini, dan bertakwa kepada Allah dan mewaspadai pembalasan dan murka-Nya. Dan Allah subhanahu wata'ala telah menjanjikan bagi hambahamba-Nya yang bertaubat bahwa Dia akan menerima taubat mereka dan berbuat baik kepada mereka.
Allah berfriman:

“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Az-Zumar [39] :53)77

Penulis lain dari negeri “Wahhabi”, Syaikh Shlaih al-Fauzan juga memperingatkan akan bahaya dakwah impor dan revolusioner Qutb ketika beliau berkata, “...dan Bin Laden yang juga tidak pandai bersyukur, menyimpang dari jalan pengikut Sunnah kepada manhaj Khawarij, dan mulai menyebarkan kekacauan dan huru-hara di muka bumi, dan menebarkan kerusakan, akan tetapi Tuhanmu mengawasinya dan orang-orang yang seperti dirinya.”78

Para ulama “Wahhabi” Yaman juga telah memperingatkan manusia mengenai kesesatan dan rencana Usamah bin Laden, dan Kharijite Qutb (Pengikut Khawarij Qutb). Dalam beberapa tahun terakhir ini, terdapat tuduhan tak berdasar dalam lingkaran media Barat tertentu yang berusaha menghubungkan Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wadi’i rohimahulloh (wafat tahun 1421 H) dengan Usamah bin Laden. Kenyataannya, tidak ada yang dapat dicapai lebih jauh dari kebenaran, karena Syaikh Muqbil dikenal sangat keras dalam kritik-kritiknya
terhadap semua bentuk kebid’ahan dalam agama, khususnya kepada orang-orang yang berusaha membuat
kekacauan di dalam negeri dan membahayakan dakwah Tauhid79 dan Sunnah. Syaikh Muqbil membantah Bin Laden dan jalan yang ditempuhnya, dengan menyebutkan “laki-laki bengis”.80

Dengan mempertimbangkan semua fakta-fakta ini, hanya dapat disimpulkan bahwa tuduhan yang selalu diulang-ulang bahwa al-Qaidah adalah Salafi (“Wahhabi”) tidak lain hanyalah buatan media belaka. Kebohongan tak berdasar ini telah diulang-ulang dan dibuat-buat cukup lama sehingga manusia menerimanya sebagai suatu fakta yang nyata.

Kegagalan dalam Membedakan Ideologi Ortodoks dan Ideologi Revolusioner Kontemporer

Pada tanggal 26 Oktober 2001, the Guardian mencetak laporan berjudul “Salafee Views Unite Terror Suspects (the Binding Tie).”, di mana penulisnya, John Hooper dan Brian Whitaker mengklaim bahwa, “berbagai kelompok teroris yang melancarkan serangan 11 September tampaknya memegang interpretasi Islam Salafi fundamentalis yang sama”. Secara licik mencoba menghubungkan manhaj Salafi (“Wahhabi”) kepada al-Qaidah, mereka melaporkan klaim yang menyesatkan bahwa “para penyelidik yang memburu
para anggota jaringan Usamah bin Laden telah menemukan bahwa semua tersangka teroris yang ditangkap di Eropa selama sepuluh bulan terakhir mengkuti penafsiran Islam Salafi yang ekstrim”.

Lebih jauh, mereka kemudian menghubungkan interpretasi Islam ini dengan aqidah yang berasal dari negeri Arab Saudi dan lembaga-lembaga pendidikannya.81

“Hubungan antara Salafi dengan jaringan teroris Usamah bin Laden akan membuktikan benar-benar mempermalukan Arab Saudi, yang mana keluarga kerajaan telah menginvestasikan dana yang sangat besar dalam menyebarkan pemikiran Salafi ke luar. Pusat studi dan penyebaran pemahaman Salafi adalah Universitas Islam Madinah di Arab Saudi, yang didirikan oleh raja pada tahun 1961 ‘untuk menyampakan pesan-pesan abadi Islam ke seluruh dunia’”.

Jika saja John Hooper dan Brian Whitaker meneliti asal ideologi al-Qaidah, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya (yang) dengan jelas dibentuk dari tulisan-tulisan Sayyid Qutb yang berkebangsaan Mesir dan bukan Arab Saudi, para pembaca mereka akan menarik manfaat yang lebih banyak. Seandainya mereka meneliti perkara ini lebih mendalam, mereka akan mengetahui bahwa apa yang diajarkan secara resmi di Universitas Madinah adalah analisa mendalam kebatilan sistem keyakinan Khawarij. Mahasiswa di Universitas Islam Madinah belajar dari dosen-dosen yang telah disebutkan sebelumnya, seperti Syaikh Rabi bin Hadi al-Madkhali.

Jelas bahwa permasalahan pada ideologi teroris kontemporer tidak terdapat pada aqidah Salafi, baik mereka
berada di Arab Saudi atau di tempat-tempat lain yang tidak terhitung, di manapun di negera Muslim atau non-Muslim. Media dan para pemikir Barat gagal dalam membedakan antara Islam ortodoks yang murni dengan pergerakan revolusioner abad kedua puluh yang berdasarkan kejahilan yang disebut Qutbisme, yang tidak lain adalah metode Khawarij yang dihidupkan kembali.

Akan lebih akurat bagi Hooper dan Whitaker untuk mengatakan bahwa semua kelompok-kelompok Islam dan pergerakan-pergerakan hari ini, yang kejam atau tidak di antara mereka, bercabang dari ideologi Hasan al-Banna, Abu A’la Maududi,82 dan Sayyid Qutb. Tidak satu pun dari ketiganya merupakan ulama, namun sebaliknya, merupakan sesuatu yang pada abad ini didefinisikan sebagai ‘pemikir islam’.. Bahkan Hasan al-Banna83 dan Sayyid Qutb adalah pengikut Sufi, bukan Salafi.

Singkatnya, Usamah bin Laden dan pengikut pemahaman Qutb al-Qaidah lebih mirip dengan kekasih para ulama orientalis dan media, (yakni) tradisi Islam Sufi, daripada kambing hitam internasional, (yakni) Salafi. Meskipun sebagian pengikut pemahaman Qutb yang berasal dari Jazirah Arab masih berpegang pada pernyataan mereka sebagai Salafi atau menukil perkataan ulama Salafi ortodoks yang terkenal, sumber kesesatan mereka adalah keyakinan Khawarij, Mu’tazilah dan Sufi dari umat Muslim ini melalui yang semisal Sayyid Qutb. Salafi berlepas diri dari yang semisal Sayyid Qutb dan Usamah bin Laden.

“Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah untuk menyesatkan manusia tanpa pengetahuan?" Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS Al-An’am [6] : 144)

 === 

Foot note :


71. Muhammad al-Mas’ari yang berbasis di Inggris adalah pendiri Hizbut Tahrir sayab Arab Saudi di Arab Saudi, salah satu kelompok aktivis yang paling memusingkan yang muncul di abad ini. Al-Mas’ari mendirikan CDLR (The Committee for The Defence of Legitimate Rights) yang dibantah oleh Syaikh al-Utsaimin, salah satu ulama besar Salafi abad ini. Al-Mas’ari mencela Muhammad bin Abdul Wahhab (yakni “Wahhabiyyah”) menyebutnya seorang “tolol dan bukan ulama” hanya karena beliau memusatkan dakwahnya kepada Tauhid dan mengikuti Sunnah Nabi shalallohu 'alayhi wasallam, sebagai
lawan dari mendakwahi manusia kepada pemberontakan. Ironisnya, al-Mas’ari, bin Laden dan lain-lain yang mengikuti
ideologi revolusioner ini – entah bagaimana caranya – dihubungkan dengan ‘Wahhabiyyah”!!
Diantara tokoh ideologi Khawarij, al-Mas’ari dan orang-orang yang semisalnya beroperasi pada tingkat doktrinasi, menghasut masyarakat awam untuk menentang penguasa, dengan mengumungkan kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan dosa-dosa mereka agar mengadakan revolusi. (Perkataan al-Mas’ari bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab adalah orang ‘tolol dan bukan seorang ulama’ dapat ditemukan dalam deklarasinya yang diterbitkan dari London berjudul “A Clarification from The Chief Spokesman for CDLR” [23/3/1995]. Silahkan merujuk kepada Al-Qutbiyyah [hal. 204])

72. Jalan dan hukum-hukum Islam.

73. Ikhwanul Muslimin

74. Abdul Hassan Malik, In Defence of Islam, T.R.O.I.D. Publication, 2002.

75. Para Qutbist (pengikut Qutb) di Arab mendengungkan keyakinan dan konsep keliru Qutb dan mengajarkan doktrin-doktrin ekstrimisnya kepada kaum muda – dengan pernyataan bahwa Arab Saudi tidak berhukum dengan hukum islam. Takfir terhadap para penguasa matang di kalangan pergerakan kaum muda – dan dibenarkan oleh kesalahan konsep doktrin yang dipropagandakan Qutb puluhan tahun sebelumnya.
Arab Saudi adalah satu-satunya negara yang memiliki hukum Islam, meskipun tidak sempurna, dan bahkan dibangun di atas landasan Tauhid. (Ini adalah) sebuah kenyataan yang ditolak oleh murid-murid zaman moderen Qutb dalam kerajaan Saudi. Para pengikut Qutb di Arab bahkan dinyatakan sebagai ‘Neo-Kharijij” (Kharijiyyah Ariyyah) oleh Syaikh al-Albani pada tahun 1417H (1997M), dan doktrin ekstrimis mereka dibantah oleh yang semisal Imam Ibn Baz, Imam Ibn Utsaimin, Syaikh al-Fauzan, dan lain-lain, semuanya mengatakan bahwa negara tersebut (Arab Saudi) diperintah berdasarkan Syariat – meskipun mungkin ada kekurangan di dalamnya – dan adalah wajib untuk menjaga dan mempertahankan kedamaian dan keamanan di dalamnya.” (Diambil dari komentar Salafi Publications dari The Guardian, November 1, 2001, artikel berjudul “Is This The Man Who Insipred Bin Laden?”[www.salafipublications.com, Article ID: GRV070025])

76. Sa’d al-Faqih adalah pempimpin MIRA (the Movement of Islamic Reform in Arabia), organisasi Qutb yang berbasis di Inggris. Bekerja pada level ideologi untuk mendorong perselisihan; MIRA dan CDLR memiliki tujuan yang sama.

77. Majmul Fatawa wa Maqalatul Mutawawiyyah, vol. 9 sebagaimana yang dikutip dalam Clarification of the Truth In Light
of Terrorism, Hijacking & Suicide Bombings, Salafi Publications.

78. Lihat Ajwibatul Mufidah karya Syaikh Shalih al-Fauzan (hal. 50, no. 73)

79. Beribadah hanya kepada Allah saja

80. Diambil dari kaset As’ilah ma’a Ash- Syaikh Muqbil min Briitania, Agustus, 1988.

81. Dalam wawancara berjudul “Saudi Arabia “Wahhabi” Are not Spreading Intolerance”, New Perspective Quarterly mewawancarai Dr. Khalil M. Al-Ankhary, Menteri Pendidikan Tinggi Arab Saudi dan ketua Konfrensi Islam tentang Pendidikan Tinggi, di mana mereka bertanya: “Para kritikus berkata karena begitu banyak ‘suicide hijackers’ (pembajak pesawat (yang siap mati) bunuh diri dalam aksi pembajakan-pent) berasal dari Arab Saudi, tentunya ada sesuatu dalam sistem pendidikan yang memberikan dasar bagi mereka untuk menjadi teroris. Sebagai seorang menteri yang bertanggung jawab terhadap masalah pendidikan, bagaimana tanggapan anda terhadap hal tersebut?”
Dr. Al-Ankary menjawab dengan bertanya, “Apakah ada alasan logis atau statistik yang valid dari argumen ini? Jika demikian, maka sistem pendidikan di AS juga perlu diperiksa dengan teliti karena adanya penembakan di Columbia atau kejadian di Waco, Texas. Jika demikian, maka sistem UK perlu dirubah karena adanya IRA.”
(Catatan penulis: Baik al-Qaidah maupun IRA menganggap diri mereka adalah ‘pejuang kebebasan’ yang berjuang atas dasar agama dan setiap kelompok ini jelas adalah organisasi teroris, namun tidak seorang pun yang berbicara mengenai perubahan sistem pendidikan di Irlandia atau merubah agama, budaya dan masyarakat Irandia). Saudi Arabia Are Not Spreading Intolerance, New Perspective Quarterly, Volume 19 #2, Spring 2002.

82. Abul A’la Maudidi (1903-1979) adalah pendiri partai Islam di Pakistan yang disebut Jama’ati Islami. Maududi adalah seorang yang didefinisikan sebagai ‘pemikir pembaharu Islam kontemporer’. Setelah pada awalnya menentang pembentukan negara Pakistan, dia akhirnya menerima pada tahun 1940an, ketika dia memulai usaha selama satu dekade untuk menguasainya. Maududi banyak menulis mengenai masyarakat, ekonomi dan politik. Dia adalah pemikir bebas yang membantu diperkenalkannya idelogi pemecah belah hizbiyyah (pendukung kelompok atau golongan tertentu) pada masyarakat luas. Berkonsentrasi pada isu keadilan sosial, Maududi menyokong cara berpikir revolusioner yang tidak Islami
yang menyebabkannya memiliki pandangan yang terdistorsi mengenai Islam sebagai agama yang bagian utamanya adalah
sistem politik. Mengabaikan prinsip dasar Islam seperti menegakkan Tauhid dan pilar agama seperti syahadat, shalat, zakat,
puasa dan haji, Maududi berpidato secara berlebihan mengenai aspek pemerintahan dalam Islam. Berbicara mengenai cita-cita menguasai negeri, 
Maududi berkata, “Tanpa cita-cita terhadap kekuasaan, tidak ada artinya mengajak kepada filosofi tertentu, dan tidak ada artinya yang halal dan yang haram, dan tidak juga hukum-hukum yang diwajibkan.” Abu A’la Maududi, Tajdidud Deen hal. 32-33.
Dia mengatakan ini, meskipun Nabi shalallohu 'alayhi wasallam dengan jelas melarang menginginkan kekuasaan, karena mengejar kekuasaan sungguh merupakan keburukan:

Abdurrahman bin Samurah berkata bahwa Rasulullah shalallohu 'alayhi wasallam berkata kepadaku. ”Hai Abdurrahman, janganlah meminta untuk dijadikan pemimpin, karena jika diberikan kepadamu setelah kamu meminta, maka kau akan dibiarkan sendirian dalam melaksanakan tanggung jawabmu, dan jika diberikan kepadamu tanpa diminta, maka engkau akan mendapat pertolongan Allah.” (HR Muslim).

Maududi bahkan melangkah lebih jauh dengan mengatakan bahwa tujuan dasar dari semua Nabi adalah menegakkan khilafah: “Oleh karena itu, tujuan yang diinginkan dalam risalah yang diemban para Nabi adalah tegaknya pemerintahan Islam di muka bumi.” (Abu A’la Maududi Tajdidud Deen hal. 34. Terjemahan berasal dari Minhajul Anbiyaa fid Da’wah Illla Allah, fihil Hikmah wal Aql).

Meskipun Islam ortodoks memandang hal ini merupakan perkara penting, namun tidak menganggapnya sebagai bagian dari rukun Islam yang disebutkan di dalam nash-nash Al-Qur’an dan As-Sunnah. Karenanya adalah kesalahan besar mengabaikan dakwah para Nabi yang sebenarnya manakala membuat pernyataan batil bahwa tujuan dasar yang mereka cita-citakan adalah berdirinya negara Islam.

Maududi mendasari kesimpulannya dari analogi dan deduksi intelektual dan politik bukannya mengembalikan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan pemahaman para Salaf sebagai sumber petunjuk. Sebagai akibatnya, dia lalai terhadap syirik, bid’ah dan khurafat yang merajalela dalam partai politiknya dan masyarakat di negerinya. Lebih jauh, dia jatuh ke dalam kesalahan yang menyedihkan, mencela sebagian dari Nabi Allah dan para sahabat Rasulullah shalallohu 'alayhi wasallam.

Sikap ekstrimisnya terhadap perkara-perkara yang berkaitan dengan politik membuatnya membanding-bandingkan antara Nabi Yusuf 'alayhissalam dengan Musolini. Bersikap acuh terhadap kehormatan para Nabi 'alayhimussallam, Maududi mengatakan yang berikut ini mengenai Nabi Yusuf 'alayhissalam: “Nabi Yusuf 'alayhissalam meminta untuk dijadikan Bendaharawan Mesir bukanlah permintaan untuk sekedar menjadi Menteri atau Bendahara, sebagaimana yang dipahami sebagian orang, ini bukanlah permintaan untuk menjadi Menteri Keuangan saja, namun permintaan akan kekuasaan. Hasilnya, kedudukan yang didapatkan Sayyidina Yusuf 'alayhissalam hampir serupa dengan apa yang dinikmati Musolini di Italia di masa sekarang ini.” (Tafhimat, bagian II, hal. 122 edisi kelima. Terjemahan diambil dari Minhajul Anbiyaa
fid Da’wah Illla Allah, fihil Hikmah wal Aql (en)).

83 Hasan al-Banna (1906-1954), seorang pemikir Sufi dan aktivis politik, pendiri Ikhwanul Musllimin. Dia sendiri menceritakan bahwa dia biasa berziarah ke kubur dan tempat-tempat keramat setiap minggu dimana perbuatan syirik akbar dilakukan. Dalam bukunya Mudzakinatul Da’wah, Al-Banna menyebutkan kekagumannya pada Sufi, bagaimana dia mengikuti perintah Sufi Hasafiyyah dan bagaimana dia menghabiskan waktu yang lama pada tempat-tempat suci di Diminhur. (Hasan al-Banna, Mudzakinatul Da’wah, hal. 24-30). Terjemahan: Salafi Publication).
Catatan: Hasan al-Banna, Abu A’la Maududi dan Sayyid Qutb dan semua pengikutnya jelas bukan “Wahhabi’.



diambil dari e-book : "Menyingkap Mitos Wahhabi" Alih Bahasa oleh : Ummu Abdillah al-Buthoniyah

judul asli : "The Wahhabi Myth" Penulis : Haneef James Oliver

untuk download e-booknya klik image ini : [wahhabi_myth2.jpg]



Komentar